Toha Maarif: Rumah sakit sinetron

Kamis, 11 April 2013

Rumah sakit sinetron

Coba pemirsa perhatikan di semua, semuaaaa sinetron yang sengaja atau ga sengaja stasiun televisi memutarnya, entah karena ideologi atau hanya faktor ‘pasar’ aja. (Secara saya termasuk menganggap sinema elektronik alias SINETRON itu ga lebih baik daripada dengerin orang schizoprenia menjawab pertanyaan 100 dikurangi 5 )
Ironisnya,suara televisi yang saya lewati selama perjalanan dari masjid kekamar saya, selalu aja terdengar suara sinetron –sinetron busuk , yang hanya bisa membodohi dan membodohi lagi, dan parahnya orang-orang indonesia terutama ibu ibu nih adalah konsumennya.
Dan kebetulan lagi, saya menemukan satu dari berapa ribu juta kebodohan itu.
“RUMAH SAKIT”
Coba yang belum nyadar, perhatikan, bila ada dalam cerita sinetron bila ada yang kecelakaan, mati, stroke, kanker ganas (ini juga pembodohan teman..lain kali saya jelaskan), dll dll yang kesemuanya itu dalam ceritanya dibawa ke rumah sakit. Bodohnya, selalu tidak ada spesifikasi rumah sakit mana itu. Tidak cerdas sama sekali para sutradara sinetron Indonesia ini. Sering ada skenario : “APA??ANAK SAYA KECELAKAAN??DIMANA DIA??..DI RUMAH SAKIT???OKE, SAYA KESANA.!” Atau “PASTI DIA DI RUMAH SAKIT, MARI KESANA MENJEMPUTNYA..”
Mungkin sekilas itu wajar, tapi mengapa tidak memilih hal yang lebih wajar dan masuk logika dengan menambah nama rumah sakit apa aja di blakang kata rumah sakit, ga salah kan? Dan pasti terdengar lebih ga ‘bodoh’. Contoh saja, dalam Kota Semarang saja, ada lebih dari 10 rumah sakit/klinik yang menyediakan layanan Gawat Darurat,. Apalagi di kota besar, Jakarta, yang menjadi kebanyakan latar belakang sinetron-sinetron bodoh itu.
Coba pemirsa simpulkan sendiri, terutama bagi yang masuk dalam golongan konsumen Sinetron. Cobalah akhiri, minimal mengurangi pembodohan diri ini..

Dan maaf bila saya menulis ini bersama sang emosiwati..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar